Friday, October 14, 2005

Ibu Supir Bis



Mau bagi serabi aja kalo di Singapura sini, sebagai negara maju tak gentar :), kesenjangan profesi semakin sempit. Orang tidak minder dengan profesi yang digeluti asalkan profesi tersebut menghasilkan uang dan halal menurut istilah kita. Seperti terlihat dalam gambar di atas, disini hal yang biasa ditemui melihat ibu-ibu menjadi supir bis. Mungkin karena sistem keuangan bisnya yang berdasarkan gaji dan bukan setoran, maka menjadi supir bis pun merupakan profesi yang nyaman dan bukan kendala bagi kalangan ibu-ibu.
Uniknya, yang di foto atas supirnya adalah seorang ibu malay berjilbab yang sangat tidak mungkin kita temui di bis-bis di negara kita.
Semoga profesi ibu menjadi amal jariyah... mengantar kerja saya tiap hari dengan senyum..
:)

Wednesday, October 12, 2005

Koq Internetan Lebih Murah

Gambar diambil dari www.singnet.com

Gambar diambil dari www.telkom.co.id


Heraaaaan banget. Saya wong telekomunikasi tapi melogika tarif internet speedy yang dipasang ama Telkom koq ngga nyampe. Masak dengan jumlah pelanggan yang lebih banyak (dengan asumsi jumlah penduduk dan potensi pelanggan), koq tarif berlangganannya bisa lebih mahal jauh banget ama punya singnetnya Singtel. Atau mungkin emang penghasilan pemakai-pemakai internet di Indonesia yang lebih besar dari Singapura kali yah....
Tidak kah terpikirkan oleh mereka para penentu tarif untuk sedikit memperkecil laba demi mencerdaskan bangsa...
Sedih atawa seneng ? Embuh.. yang penting online 24 jam cuman bayar S$47 per bulan.

Perbandingan lebih detail ada disini :

Tarif bulanan berlangganan ADSL Singnet Singtel.

Tarif bulanan berlangganan ADSL Speedy Telkom.

Tuesday, October 11, 2005

Sungai Urat Nadi Kehidupan


Tak bisa dipungkiri bahwa sungai-sungai yang mengalir di suatu negara merupakan urat nadi kehidupan secara geografis. Apabila nadi-nadi tesebut tidak dirawat dengan baik, maka ibarat nadi dalam tubuh, aliran darah akan tersumbat dan menyebabkan serangan jantung. Begitu juga dengan sungai, harus dirawat dengan baik untuk dapat mengalirkan air dari dataran tinggi ke lautan supaya tidak terjadi bencana banjir apabila air melimpah pada musim hujan. Selain itu sungai yang terawat dari pencemaran juga bisa menjadi sumber air minum olahan seperti halnya sungai-sungai dan mata air di pegunungan.


Di Singapura, sungai-sungai baik besar maupun kecil dirawat dengan baik. Hampir semua sungai yang saya temui sudah dibeton dengan permanen. Tidak hanya itu, sungai-sungai tersebut juga hijau oleh pepohonan dan dirawat untuk selalu terbebas dari sampah dan lumpur. Koq bisa ya ? Tentu saja bisa karena alokasi dananya tersedia dengan jelas dan dipakai dengan bertanggungjawab (sok tahu ya saya.. hehe)


Bahkan sungai besarnya, 'Singapore River' seperti yang terlihat di foto paling atas dijadikan obyek daerah kunjungan turis yang selalu penuh oleh kunjungan wisatawan asing.. terutama turis dari Indonesia karena sungai-sungai di Jakarta katanya udah hitam legam tak sedap lagi dipandang ;)
Kemaren Juli 2005 terakhir pulang kampung ke Kendal, sempat menengok sungai yang sudah mampu dibeton ternyata tidak mampu dirawat dengan baik dan sudah dipenuhi oleh lumpur, sampah dan enceng gondok. Tentu saja efeknya banjir kembali menjadi langganan tiap musim hujan. Kendal kaline banjir... Begitu sindiran lagu keroncong... Terus, kemana yah larinya duit buat merawat sungai ? Jangan-jangan emang ngga ada.. hehe..


Semoga yang disini ini bisa dijadikan contoh. Contoh buat Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Bukan buat kota kelahiran Dhika, Wonosobo, yang sungainya masih alami dan airnya mengalir jernih menimpa batu-batu gunung dan menghasilkan maha karya alam berupa gemiricik air nan syahdu....

Photo-photo sungai Singapura dulu dan sekarang.

Sunday, October 09, 2005

Ramadhan Di Masjid Kassim


Alhamdulillah hari ini Engkau masih anugrahkan aku nikmat ramadhan.
Bulan yang bibir seraya sayang untuk diam dari tasbih, tahmid, tahlil.
Bulan yang detak jantung beriringan dengan tangisan istighfar.
Bulan yang Al-Quran tak ingin terlepas dari pelukan.
………
Tadi malem kembali saya dan Dhika genjot sepeda untuk taraweh. Hanya 4 menit genjotan menuju halte, parkir sepeda, lalu naek bis ke masjid Kassim. Kata temen, masjid Kassim selalu rame jamaah taraweh tiap malem makanya mumpung weekend saya ajak Dhika kesana. Emang bener, begitu turun halte bis yang tepat di samping masjid, suasana islami begitu kental. Hampir semua sudut memandang terlihat orang ber-koko yang bersiap menuju masjid. Di pelataran masjid terlihat banyak warung-warung dadakan ala Ramadhan yang menjual berbagai makanan yang masih ramai dipenuhin pembeli. Suasananya begitu meriah. Kemeriahan yang mengingatkan suasana ramadhan di kampung.


Masuk ke dalam masjid, ternyata sudah dipenuhi jamaah yang menunggu sholat Isya. Lantai 1 penuh oleh jamaah makanya oleh petugas masjid kami diminta untuk menuju ke lantai 2 yang ternyata juga sudah hampir penuh.. Subhanallah.. akhirnya suasana ramadhan seperti di kampung yang saya rindukan sejak malam pertama - dimana masjid-masjid lebih dimakmurkan - bisa saya temukan di masjid Kassim malam ini.


Sebenarnya sore hari Jumat sebelumnya saya sempat sholat ashar di masjid Kassim dan melihat beberapa hal unik yang mungkin menarik juga untuk saya ceritakan disini. Masjid Kassim menyediakan bubur gratis selama ramadhan yang dibagikan untuk digunakan berbuka puasa bagi umat Islam yang memerlukan. Dan meski waktu berbuka puasa masih 2 jam lagi, ternyata bubur gratis tersebut sudah habis. Hehe.. doyan juga rupanya orang Singapura ama yang gratisan… maklum.. disini emang susah nyari yang gratisan… lagian.. berkah ramadhan.. :)


Satu hal unik lagi yaitu antrian orang untuk beli ‘air katira’ yang dijual tepat di pintu masuk masjid. Air katira ini katanya cuman dijual waktu bulan ramadhan. Anehnya meski ada beberapa gerai yang jualan air katira, tapi cuman disitu aja yang sampe antri panjang. Saya pikir mereka antri karena gratis tapi ternyata bayar. Yah mungkin saja air katira yang merek Taha tersebut lain daripada yang lain sehingga mereka rela antri panjang untuk beli. Apa sih air katira ? Hehe.. saya ngga ngerti juga dibuat dari apa tapi semalem abis taraweh sempat beli tapi bukan yang merek Taha karena yg merek Taha sudah habis. Rasanya seperti air susu putih (tapi bukan susu) dan di dalamnya ada campuran sedikit seperti kacang ijo (tapi bukan kacang ijo)… hehe Tapi emang seger banget rasanya dan pasti nikmat banget kalo diminum waktu berbuka…
Hmmm.. Besok taraweh di masjid mana lagi yah ? :)
Foto-foto laen masjid Kasim.