Friday, October 07, 2005

Nikmati Hari-hari BMW


Banyak temen di Indonesia mengira kalo kerja di Singapura identik dengan gaji tinggi dan hidup modern kalo tidak bisa dikatakan mewah. Gaji tinggi mungkin benar tapi hidup mewah tergantung orangnya.. hehe..
Gaji bisa dikategorikan tinggi kalo kita bayangkan dengan yang kita dapatkan bila kita bekerja dengan posisi yang sama di Indonesia (Jakarta). Tapi tinggi bukan berarti besar. Artinya, karena kita tinggal dan menghabiskan biaya hidup di Singapura juga, maka tingginya gaji menjadi relative dengan gaya hidup kita.
Berbicara mengenai gaya hidup sehari-hari di Singapura, sering saya pertanyakan ke temen-temen Indonesia yang disini bahwa sebenarnya hidup kita di Singapura ini ‘upgrade’ atau ‘downgrade’ gaya hidup. Karena apa ? Karena hari-hari disini kita harus menikmati BMW kalo mau bisa nabung banyak dan ngga repot . Nikmatin BMW tapi nabung banyak ? Edan atau apa nih Nur hahaha.. jangan jengkel dulu, BMW disini maksudnya Bus, MRT (PJKA Singapura) & Walk.
Yup, disini mobil mahal boo.. Buat bayar COE (Certificate Of Entitlement) atau BPKB - kalo di kita - aja hampir separo harga mobilnya sendiri. Dan itu hanya berlaku 10 tahun meski bisa diperpanjang 10 tahun lagi tapi musti bayar lagi. Dan lagi, kalo untuk orang yang udah pernah merasakan nikmatnya punya mobil bagus di Indonesia macem saya (wuih sombong abis), pasti males banget buat punya mobil disini karena :

1. Tidak bisa parkir di depan rumah
2. Tidak ada pembantu yang bukain gerbang
3. Kalo keluar-keluar cari parkir susah
4. Parkir di flat sendiri bayar
5. Parkir di perkantoran mahal
6. Ngga bisa cuci mobil sendiri sekalian olahraga
7. Lagian jarang keluar rumah
8. Kalopun keluar rumah mau kemana ? :)

Dan masih banyak lagi alasan-alasan lain. Apalagi kalo alasannya ditanyakan ke orang yang ngga mau dan mampu beli mobil disini kayak saya ini ;)
Jujur saja, kalo lagi buru-buru dan ngga pengen naek BMW, saya lebih suka naek taxi. Selain lebih irit karena bertiga bayar satu, juga lebih terasa seperti waktu di kampung halaman karena beneran Mercedes plus supir pribadi.
Hihihi… Suka kan kalo saya kasih serabi yang sedih-sedih ? Makanya isi komentar dibawah ya ? Jangan lupa juga voting dengan klik sekali disini.

Thursday, October 06, 2005

Minimal Rp 4 juta Untuk Punya Pembantu


Saya yakin temen-temen udah mulai jenuh dengan serabi yang heboh-heboh dan nungguin serabi sedihnya tinggal di Singapura sini. Baiklah kali ini saya pengen cerita tentang agak merananya tinggal disini kalo mau irit. Kenapa merana ? Karena untuk mempunyai seorang pembantu disini harus menyediakan dana minimal Rp 4 juta untuk membayar pajak pembantu (levy) ke pemerintah Singapura sebesar S$345 dan Upah Minimum Regional (UMR) pembantu Indonesia yang ditetapkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura sebesar S$280. Dengan kurs 6000 rupiah, maka total biaya untuk mempunyai pembantu disini adalah sekitar Rp 3,75 juta belum diperhitungkan biaya makan keseharian pembantu yang harus pula ditanggung oleh kita.
Bagi saya pribadi, bekerja dan tinggal Singapura sini tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk….. dibagikan ke fakir miskin (hehe.. sebagian loh, ngga semua). Sementara Rp 4 juta menurutku adalah jumlah yang cukup signifikan untuk ditukar dengan kebutuhan untuk memiliki seorang pembantu yang akan membantu pekerjaan di rumah sementara istri saya memutuskan untuk tidak bekerja di luar dan bertekad menjadi direktur rumah tangga. Sebenarnya biaya untuk gaji pembantu bisa ditekan dengan membawa pembantu sendiri dari kampung dan digaji lebih rendah dari standar UMR KBRI seperti banyak dilakukan oleh temen-temen Indonesia disini. Tapi untuk hal ini, hati nurani dan tingkat ketegaan lah yang berbicara.
Setelah kembali dihitung untung rugi dan tingkat kebutuhan seorang pembantu, akhirnya saya putusin untuk tidak memerlukan pembantu. Tentu saja konsekuensinya cukup berat karena harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri. Dan dalam hal ini, tidak mungkin kalo semua pekerjaan rumah harus dilakukan oleh istri saja meskipun istri hanya seorang ibu rumah tangga. Akhirnya, jadilah acara ngepel lantai dan bersih-bersih rumah difungsikan sebagai olahraga rutinku selain tennis (kalo yang punya lapangan ngajak), badminton (kalo Rabu pulang cepet) dan renang (sekalian antar Dhika kursus renang). Juga kadang-kadang kalo anak-anak lagi pada heboh, saya melibatkan diri dalam olahraga jatah istri seperti jemur baju, nyetrika, cuci piring, memasak (air doang hehe), belanja ke pasar dan … ternyata banyak juga yah pekerjaan rumah… hehehe…
Bagaimana dengan mempekerjakan pembantu sebagai baby sitter ? Sudah menjadi komitmen kami untuk tidak pernah mempercayakan pengawasan dan perawatan bayi ataupun anak-anak kepada orang lain. Kami menyadari bahwa sebagai orang tua kandung saja kadang-kadang ada rasa kesal terhadap kerewelan bayi atau kenakalan anak, apalagi pembantu atau baby sitter yang notabene bukan siapa-siapa kita. Sudah pernahkah anda melihat video kekejaman pembantu yang terekam oleh kamera tersembunyi ? Kalo iya, sebagai ortu yang normal pasti akan berpikir seribu kali untuk menyerahkan pengawasan anak kepada baby sitter tanpa kita berada ditengah-tengah mereka. Atau paling tidak, kita harus extra hati-hati sekali dalam memilih baby sitter kalo terpaksa memang jasa mereka masih kita perlukan.

Kalo kamu suka serabi ini, silakan isi komentar di bawah dan jangan lupa votingnya.

Wednesday, October 05, 2005

Malam Pertama Ramadhan

Marhaban Ya Ramadhan.
Alhamdulillah puji syukur sepenuhnya aku panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberiku panjang umur untuk berkesempatan bertemu dengan Ramadhan 2005 ini. Ramadhan bulan yang penuh berkah dan ampunan kali ini sangat spesial buatku karena sejak tahun 2001 aku bekerja di Singapura sini, baru kali ini aku berkesempatan berpuasa hari pertama di Singapura bersama keluarga. Sebelumnya 2001 aku di Jepang, 2002 di Australia, 2003 di Brunei Darussalam dan 2004 di Philipina.
Tadi malam dengan antusias untuk melihat gairah 'malam pertama' Ramadhan disini, aku kayuh sepeda ke masjid Kampung Siglap penuh semangat meskipun terasa agak berat karena Dhika yang beratnya sudah 38kg membonceng di belakang. 10 menit setelah melewati beberapa lampu merah diselingi keluhan Dhika yang pantatnya katanya sakit setiap kali naik-turun trotoar (hehe kesian yah), akhirnya sampe juga ke masjid. Tidak seperti yang aku bayangkan, ternyata masyarakat yang bersiap-siap untuk sholat Isya dan Tarawih tidak sebanyak yang ada dalam pikiranku yang membayangkan masjid di kampung Kaliwungu Kendal sana. Tapi aku kemudian sadar dan maklum karena umat Islam di Singapura jumlahnya cuman sekitar 600 ribuan dan ada sekitar 68 masjid yang tersebar di 'sepetak' Singapura.
Yang menarik, ternyata mesjid-mesjid disini memberlakukan tartil Al Quran 30 juz untuk bacaan sholat Tarawih selama bulan Ramadhan. Hebatnya lagi hanya 1 imam selama 23 rakaat. Tidak 2-3 imam bergantian seperti di kampungku.
Selesai taraweh, kembali kupacu sepedaku pulang. Keringat mengucur deras sesampai di rumah.
Coba kalo di Indonesia, 1 menit keluar rumah udah sampe mushola.
Sedih ? Nikmatin aja.. Semoga semakin berkeringat semakin membawa berkah..
Aaamiiin

Kalo kamu suka serabi ini, silakan isi komentar di bawah dan jangan lupa voting disini :)

Tuesday, October 04, 2005

Tertib Proses Administrasi




Hari ini jam 8 pagi aku ke Immigration & Checkpoints Authority (ICA) buat ngurus re-entry permit anak dan istri karena mereka baru saja ganti paspor yang hampir habis masa berlakunya. Kali ini saya ingin sedikit berbagi serba-serbi (serabi) tentang bagaimana tertibnya proses administrasi di Singapura sini. Untuk kepengurusan segala masalah kependudukan baik untuk Singaporean maupun warga asing, semua informasi ada di website ICA. Kita tinggal download form-form yang diperlukan, kita isi, untuk kemudian kita persiapkan dokumen-dokumen lampiran yang diperlukan sebelum kita pergi ke ICA untuk kita ajukan. Setelah sampe ke ICA, kita perlu antri untuk mendapatkan nomer urut dan loket yang sesuai dengan layanan yang kita inginkan. Dalam nomer urut itu, seperti terlihat dalam gambar di atas, kita diberi tahu berapa orang yang sedang berada dalam antrian sehingga kita bisa mengira-ngira kapan saatnya nomer kita dipanggil. Saat tiba giliran kita, nomer antrian kita akan dimunculkan ke dalam display dengan nomer loket yang akan melayani seperti juga terlihat dalam gambar. Pagi ini saya cuman perlu 30 menit untuk mendapatkan pelayanan re-entry permit dan semuanya gratis disertai senyum ramah dari petugas ICA yang melayani saya. Emang enak kalo semuanya serba tertib dan para 'pegawai negri'nya punya kesadaran sebagai abdi masyarakat. Kapan ya pegawai negri di RT kita bisa begini ? :)

Sunday, October 02, 2005

Singapura Menangkal Bom (Terorisme)



Belum berhenti jantung ini deg-degan menghadapi kenyataan kenaikan tajam BBM terutama minyak tanah, hari ini jantung ini serasa berhenti mendengar bahwa beberapa bom telah meluluhlantakkan Bali kali kedua. Belum jua hilang luka dari bom-bom sebelumnya seperti di Legian Bali, Marriot Jakarta dan kedubes Australia.
Saya sedalam-dalamnya turut berbelasungkawa dan hanya bisa berdoa, "Gusti Allah, ampunilah orang-orang yang telah meledakkan bom tersebut dan sadarkanlah kepada mereka bahwa yang mereka telah perbuat melebihi kekejaman binatang".
Berbicara mengenai bom tidak terlepas dari terorisme. Dan terorisme ini adalah sebuah isme yang sangat pengecut karena tidak berani menunjukkan jati dirinya terhadap apa-apa yang telah diperbuatnya. Bagaimana Singapura menangkal aksi terorisme ? Berikut sekelumit saya ingin berbagi cerita.
Belajar dari tragedi 911 dan beberapa kejadian terorisme yang terjadi di Indonesia, Singapura telah mengambil langkah yang sangat intensif guna menangkal aksi terorisme untuk bisa terjadi di negeri ini. Dimulai dengan dibelinya perangkat keamanan bandar udara dan laut yang tercanggih dan diperketatnya titik-titik keimigrasian yang menuju arah masuk ke Singapura. Tidak hanya itu, kampanye anti terorisme juga secara terus menerus dan tanpa henti digalakkan ke masyarakat untuk selalu waspada terhadap ancaman terorisme sekecil apapun. Salah satunya adalah dengan kampanye poster seperti yang terlihat dalam foto-foto di atas. Poster-poster tersebut terpasang di bis-bis, kereta api, tempat-tempat umum lain dan juga di dalam bandar udara maupun laut. Tidak henti-henti juga speaker yang ada di kereta api maupun bandar udara dan laut mengingatkan untuk melaporkan kalo ada barang yang ditinggalkan tanpa pemilik.
Pernah suatu kali dalam surat kabar saya baca menteri pertahanan Singapura melancarkan sebuah pernyataan bahwa,
"Meski segala tindakan pencegahan terhadap terorisme sudah kita lakukan, tidak ada jaminan bahwa Singapura akan terbebas dari serangan terorisme seperti yang telah terjadi di negara-negara lain. Namun demikian, kita harus barsatu padu untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti arah berpikir para teroris yang pasti akan selalu mencari titik-titik kelemahan kita untuk melancarkan serangan terorisme. Tiada alasan untuk kita berhenti waspada sebagaimana para teroris itu juga tidak akan pernah berhenti untuk mencari peluang menyerang kita". Hmmm... Pernyataan seorang pemimpin yang begitu bijak dan penuh kewaspadaan.

Kalo kamu suka tulisan ini, silakan isi komentar di bawah dan jangan lupa vote disini.