
Saya yakin temen-temen udah mulai jenuh dengan serabi yang heboh-heboh dan nungguin serabi sedihnya tinggal di Singapura sini. Baiklah kali ini saya pengen cerita tentang agak merananya tinggal disini kalo mau irit. Kenapa merana ? Karena untuk mempunyai seorang pembantu disini harus menyediakan dana minimal Rp 4 juta untuk membayar pajak pembantu (levy) ke pemerintah Singapura sebesar S$345 dan Upah Minimum Regional (UMR) pembantu Indonesia yang ditetapkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura sebesar S$280. Dengan kurs 6000 rupiah, maka total biaya untuk mempunyai pembantu disini adalah sekitar Rp 3,75 juta belum diperhitungkan biaya makan keseharian pembantu yang harus pula ditanggung oleh kita.
Bagi saya pribadi, bekerja dan tinggal Singapura sini tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk….. dibagikan ke fakir miskin (hehe.. sebagian loh, ngga semua). Sementara Rp 4 juta menurutku adalah jumlah yang cukup signifikan untuk ditukar dengan kebutuhan untuk memiliki seorang pembantu yang akan membantu pekerjaan di rumah sementara istri saya memutuskan untuk tidak bekerja di luar dan bertekad menjadi direktur rumah tangga. Sebenarnya biaya untuk gaji pembantu bisa ditekan dengan membawa pembantu sendiri dari kampung dan digaji lebih rendah dari standar UMR KBRI seperti banyak dilakukan oleh temen-temen Indonesia disini. Tapi untuk hal ini, hati nurani dan tingkat ketegaan lah yang berbicara.
Setelah kembali dihitung untung rugi dan tingkat kebutuhan seorang pembantu, akhirnya saya putusin untuk tidak memerlukan pembantu. Tentu saja konsekuensinya cukup berat karena harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri. Dan dalam hal ini, tidak mungkin kalo semua pekerjaan rumah harus dilakukan oleh istri saja meskipun istri hanya seorang ibu rumah tangga. Akhirnya, jadilah acara ngepel lantai dan bersih-bersih rumah difungsikan sebagai olahraga rutinku selain tennis (kalo yang punya lapangan ngajak), badminton (kalo Rabu pulang cepet) dan renang (sekalian antar Dhika kursus renang). Juga kadang-kadang kalo anak-anak lagi pada heboh, saya melibatkan diri dalam olahraga jatah istri seperti jemur baju, nyetrika, cuci piring, memasak (air doang hehe), belanja ke pasar dan … ternyata banyak juga yah pekerjaan rumah… hehehe…
Bagaimana dengan mempekerjakan pembantu sebagai baby sitter ? Sudah menjadi komitmen kami untuk tidak pernah mempercayakan pengawasan dan perawatan bayi ataupun anak-anak kepada orang lain. Kami menyadari bahwa sebagai orang tua kandung saja kadang-kadang ada rasa kesal terhadap kerewelan bayi atau kenakalan anak, apalagi pembantu atau baby sitter yang notabene bukan siapa-siapa kita. Sudah pernahkah anda melihat video kekejaman pembantu yang terekam oleh kamera tersembunyi ? Kalo iya, sebagai ortu yang normal pasti akan berpikir seribu kali untuk menyerahkan pengawasan anak kepada baby sitter tanpa kita berada ditengah-tengah mereka. Atau paling tidak, kita harus extra hati-hati sekali dalam memilih baby sitter kalo terpaksa memang jasa mereka masih kita perlukan.
Kalo kamu suka serabi ini, silakan isi komentar di bawah dan jangan lupa votingnya.
No comments:
Post a Comment